PRESTASI DI UJUNG PENA

Oleh : Laili Suryanah

Menjadi penulis adalah keinginan saya yang terpendam. Dulu, saat SMP saya sering menulis puisi di majalah siswa yang setiap bulan diterbitkan oleh sekolah. Saya selalu menulis puisi dengan tema Ayah karena saya mendambakan sosok ayah. Puisi pertama dengan judul “KURINDU AYAH” menceritakan bagaimana seorang anak yang ditinggal ayah sejak usia 7 tahun, yang harus berjuang melawan kerinduan yang sangat dalam. Ingin rasanya bisa merasakan bermain dengan ayah, rekkreasi bersama keluarga yang utuh. Kerinduan ini yang saya curahkan lewat puisi . Alhamdulillah dapat reward dari Bu Sri, Guru Bahasa Indonesia. Beliau memberi semangat agar membuat puisi lagi di majalah siswa.

Kembali saya menulis puisi yang kedua, ketiga sampai di akhir kelas 3 SMP. saya membuat puisi “PERJUANGAN IBU TIADA BATAS.” Puisi ini menceritakan perjuangan ibu yang mengasuh, mendidik, dan mencari nafkah sendiri untuk keempat putra-putrinya. Demi pendidikan anak- anaknya, sang ibu bekerja keras dengan usaha kecil-kecilan. Setiap puisi yang saya buat dan dimuat di majalah siswa, oleh ibu saya ditempel di kiosnya. Kata beliau sebagai penyemangat untuk mancari nafkah. Beliau juga sering menyatakan bahwa dengan sering menulis akan membuahkan prestasi yang gemilang. “Prestasi ada di ujung penamu.” Pesan beliau membuat saya menangis, trenyuh. Dari sini mulailah saya mempunyai cita-cita menjadi guru dan alhamdulillah berkat do’a Ibu dan ridlo Allah swt saya pun menjadi guru sampai saat ini.

Di madrasahku, MTsN 2 Jember, sejak kedatangan Ibu Kepala Madrasah yang baru, kegiatan literasi semakin digalakkan. Setiap bulan, semakin banyak guru yang menulis. Saya pun punya keinginan untuk menulis kembali. Untuk memulainya, saya merasa kesulitan. Sudah terlalu lama saya tidak menulis. Saya bingung, darimana harus memulai? Satu minggu, dua minggu berlalu. Namun ide belum juga muncul di benakku. Ide baru muncul saat ada event lomba menulis di Mediaguru dengan tema Bullying. Sebagai guru BK, tentu saja saya punya segudang masalah yang layak saya angkat jadi tulisan.

Maka mulailah saya menulis. Kebetulan saya dibantu oleh teman yang baik hati. Dia yang selalu mensupport saya sehingga jadilah tulisan pertama dengan judul “Muridku, Korban Sekaligus Pelaku Bulliying.” Dari sini muncullah keinginan saya untuk menulis kembali karena saya masih ingat pesan ibuku. Pesan yang selalu saya ingat sampai sekarang yaitu “Prestasi ada di ujung penamu.” Kalimat ini dapat diartikan bahwa dengan goresan pena kita menorehkan prestasi. Dengan pena kita bisa mengungkapkan isi hati dan mencurahkan perasaan. Yang terucap akan lenyap dan yang tertulis akan abadi. Kalimat yang disampaikan oleh Pak Eko Prasetyo dalam Seminar Literasi yang diselenggarakan oleh madrasahku beberapa waktu yang lalu, semakin memompa semangatku untuk terus belajar menulis.

*****

Jember, 10 Agustus 2022

Leave a Reply