Sudah puluhan tahun masih ku ingat samar-samar. Wajah tampan berkaca mata hitam. Perantara diriku senang membaca. Sosok itu hadir di depan mata. Dengan sederet prestasi dan wibawanya.
Buku agama pertama yang aku baca. Diberikan pinjam oleh dirinya. Karya Alm. Ustad Arifin Ilham. Dengan bahasan sholawat yang selalu membuat hati bahagia.
Berawal dari sana muncul minat baca yang tak terkira. Terus haus akan bacaan bermakna. Menyisihkan sisa uang hasil membina pramuka. Toko buku jadi tempat tujuan utama. Setiap awal bulan tiba. Meski tidak membeli hanya membaca. Terobat sudah dahaga akan ilmu Nya.
Setiap bulan bergerilya. Mencari buku-buku yang bisa dibaca. Meski hanya sebentar saja. Karya Agus Mustofa melirik jiwa. Dengan sebuah judul Akhirat Tidak Kekal. Bahasan yang masuk diakal, membuat jiwa yang kering terasa nyaman dengan keadaan.
Terus berburu buku meski harus berbagi rejeki dengan kebutuhan hidup. Agar jiwa terus hidup. Dihari ini adalah awal untuk mengukur kemampuan diri. Mencoba menulis dengan senang hati. Terima kasih bapak Febri…