Wisata kuliner akan lebih nikmat bila dilakukan bersama keluarga atau teman secara beramai-ramai. Aku dan suami termasuk orang yang nggak betah tinggal di rumah. Bila hari libur, kami biasa mengajak anak-anak keluar rumah walaupun hanya sekadar jalan-jalan keliling kota. Bahkan, kadang-kadang kami ke daerah pinggiran kota Jember sambil menikmati pemandangan alam sekaligus kuliner khas daerah tersebut.
Aku termasuk orang yang suka masak sekaligus penyuka wisata kuliner. Bila bepergian kemana pun aku selalu berburu kuliner terutama masakan pedas. Anak-anakku pun kulatih menjadi penyuka makanan pedas sedari kecil. Alhasil, setelah dewasa mereka jadi suka makanan pedas hingga melebihi emaknya.
Hari Minggu kemarin, kami sekeluarga ingin mencoba kuliner pedas di daerah Mlokorejo, salah satu desa di Kecamatan Puger, yaitu kecamatan yang berada paling selatan di Kabupaten Jember. Banyak sekali warung ataupun rumah makan yang menyajikan menu masakan ayam pedas di daerah tersebut. Walaupun aku juga sering memasak ayam pedas sesuai permintaan anak-anakku, tetapi sekali waktu ingin deh mencoba mencicipi ayam pedas di tempat lain.
Rumah makan yang kami kunjungi adalah “Ayam Pedas Jember” yang berada di Jalan Raya Kencong Nomor 2 Mlokorejo. Letaknya sangat strategis, tepat di pinggir jalan raya sehingga mudah dijangkau dari berbagai arah. Suasananya pun nyaman banget. Banyak bunga dan pepohonan yang menghias halaman sehingga terkesan sejuk dan rindang. Fasilitas yang disediakan juga cukup lengkap. Dari tempat duduk yang bervariasi. Ada yang menggunakan kursi dan meja. Bagi yang ingin lesehan pun disediakan tempat khusus, baik lesehan kecil untuk sekeluarga maupun lesehan untuk rombongan dalam jumlah yang cukup besar. Ada juga fasilitas karaoke, kamar mandi, juga mushalla.
Menu yang disediakan juga bervariasi, mulai dari olahan ayam pedas bakar hingga ayam pedas berkuah santan. Ada yang dijual perpotong, ada pula yang dijual utuh. Di samping itu, tersedia juga olahan bebek, gurami, dan camilan. Minuman yang tersedia pun banyak varian, baik hangat maupun dingin seperti es teh, es jeruk, beraneka macam jus buah, dan sebagainya.
Aku dan anak-anak sengaja memesan ayam pedas kuah santan yang dipadu dengan aneka lalapan dan penyetan tahu tempe. Sementara suamiku yang tidak suka pedas, memilih ayam bakar level sedang. Begitu makanan tersaji di hadapan kami, segera saja tancap gas. Proses eksekusi tak boleh ditunda-tunda. Apalagi kondisi kampung tengah sedang lapar-laparnya.
Kulirik suami dan anak-anakku. Mereka tampak begitu lahapnya. Potongan ayam yang lumayan besar hanya tinggal tulang belulang. Kuah santan pedas yang cukup nendang di lidah pun nyaris tak bersisa. Mak nyos …. Segelas wedang jahe turut pula menghadirkan kehangatan. Emak mana yang tak kan bahagia menyaksikan wajah ceria anak-anak dan suami?
Waktu di depan kasir, hatiku sempat dag dig dug. Jujur saya khawatir bila berat di ongkos. Namun, ternyata kekhawatiran saya tak berbuah realita. Ternyata harga perporsi ayam tidak terlalu mahal. Dijamin tak bakalan bikin kantong bolong. Justru yang lebih mahal adalah quality time bersama keluarga. Tidak setiap minggu, bahkan belum tentu sebulan sekali bisa jalan-jalan bareng dengan suami dan anak-anak. Kesibukan masing-masing sering jadi penghalang kebersamaan kami.
Sesampai di rumah kucoba menjajagi pendapat anak perempuanku tentang kuliner yang baru saja kita datangi. Di luar dugaan, anakku dengan santai menyatakan bahwa lebih nikmat masakan emaknya daripada kuliner manapun. “Apalagi kalau makannya habis dimarahi Emak,” tegasnya.. Waduh, ini mah, sarkasme.
Aku jadi tersenyum sendiri. Gimana nggak geli lha wong tadi semuanya ludes, sampai piringnya tak perlu dicuci. Sindiran anakku justru jadi motivasi bagiku. Kelak jika sudah pensiun, aku ingin terima orderan ayam pedas. Semoga aku bisa punya warung ayam pedas yang jauh lebih ramai dari “Ayam Pedas Jember.” Semoga Allah mengabulkan keinginanku.
Re-Post : http://ulilfarhah194602.gurusiana.id/