BERKARYA ADALAH IBADAH

MTsN 2 Jember

Hadir Sebagai Inspirasi


Ulil Farhah

Manusia diciptakan Allah Swt. dengan penuh kesempurnaan dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah lainnya. Kesempurnaan itu tergambar dari segi bentuk fisik, wajah yang menawan, serta akal pikiran. Dengan akal, manusia mampu berkembang dan meningkatkan potensi diri. Semua anugerah Allah wajib kita syukuri. Menjaga dan menggunakan akal pikiran dengan baik merupakan salah satu wujud syukur kita kepada Allah. Meningkatkan kecerdasan akal atau intelektual dan melatih akal untuk berkarya merupakan salah satu cara menggunakan akal kita secara baik agar karya yang kita hasilkan bermanfaat bagi semua makhluk ciptaan Allah.

Menurut KBBI, berkarya artinya mempunyai pekerjaan tetap atau dapat juga diartikan mencipta (mengarang, melukis, dan sebagainya). Beberapa pendapat ada yang mengartikan berkarya adalah menghasilkan sesuatu yang nyata. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa berkarya adalah mengerjakan suatu pekerjaan sampai menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi semua orang. Karya tersebut dapat berupa benda, jasa, dan lain-lain. Melalui karya, kita bisa menghargai hidup yang diberikan Allah selama di dunia bahkan saat kita sudah tidak berada di dunia, karya yang berguna akan tetap hidup dan dikenang serta dapat dimanfaatkan oleh orang lain bahkan menjadi ladang pahala yang akan mengalir kepada jiwa yang sudah tak beraga. Tidak berlebihan jika ada sebuah peribahasa yang menyebutkan “ Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. “ Peribahasa tersebut menjelaskan bahwa manusia harus memiliki kelebihan dibanding hewan. Dengan kelebihannya maka akan tetap dikenang sepanjang jaman.

Karya yang positif akan dirasakan kemanfaatannya bahkan dikembangkan oleh generasi-generasi sesudahnya. Banyak contoh yang bisa kita jadikan teladan dari karya-karya para tokoh yang hidup ratusan tahun yang lalu. Sebuah jarak yang membentang jauh dari jaman kita saat ini, namun karyanya masih bermanfaat sampai saat ini, antara lain karya tulisan dari hasil pemikiran para ulama madzhab di dunia Islam, ataupun pemimpin umat yang mampu membangun peradaban melalui bangunan-bangunan monumental dan fenomenal yang tetap dijaga kelestariannya oleh generasi sesudahnya seperti Masjidil Aqsa di Palestina yang tetap dipertahankan keberadaannya meskipun darah dan jiwa sebagai tebusannya.

Agama Islam mengajarkan kepada umatnya agar rajin bekerja dan memiliki semangat tinggi untuk bekerja dan berkarya. Sejalan dengan firman Allah yang terdapat dalam QS. At-Taubah: 105, artinya: “Dan katakanlah, bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu atas apa yang telah kamu kerjakan.” Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa kita diwajibkan berikhtiar dengan bekerja keras dan berkarya agar dapat mengubah nasibnya menjadi lebih baik sesuai dengan akal pikiran dan segenap potensi yang kita miliki. Dengan menggunakan dan mengembangkan potensi yang kita miliki maka diharapkan bisa menghasilkan sebuah karya yang bisa dinikmati dan dimanfaatkan oleh orang lain.

Berkarya positif sangat erat hubungannya dengan kerja keras. Kerja keras menunjukkan bahwa seseorang mempunyai keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Walaupun karya yang kita hasilkan sederhana asalkan bermanfaat bagi orang lain jauh lebih baik dari pada yang tidak mau mencoba untuk berkarya. Dengan berkarya sesuai potensi yang kita miliki, maka kita telah berbuat untuk kehidupan. Oleh karena itu, kita harus yakin dan optimis bahwa kita mampu berkarya. Buang jauh-jauh rasa takut, ragu, dan pesimis yang membelenggu kita agar kita memiliki keberanian untuk berkarya dan berbagi kemanfaatan dengan orang lain dari karya yang kita hasilkan, karena sejatinya berkarya adalah salah satu bentuk ibadah kita kepada Sang Pencipta dan kepada sesama makhluk ciptaan-Nya.

#KementerianSemuaAgama

Leave a Reply