oleh : Nur Indah Rakhmawati
Bullying, sebuah kata yang meresahkan masyarakat, sebagaimana yang banyak diberitakan di media massa. Bullying sering terjadi pada anak-anak usia sekolah, yaitu suatu bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan oleh teman sejawat, baik secara individu maupun secara kelompok. Hal ini bisa terjadi pada anak-anak atau murid kita dimanapun berada. Prilaku penindasan dan kekerasan oleh seseorang atau kelompok orang dengan sengaja secara terus-menerus terhadap seseorang, bisa berdampak pada cidera fisik maupun mental anak, seperti ; rasa tidak nyaman, ketakutan, memicu trauma, depresi dan keterbatasan kemerdekaan dilingkungannya sendiri. Biasanya proses penyembuhannya akan membutuhkan waktu yang lama dan butuh terapi serta pendampingan psikiater.
Suatu hari saat pergantian jam mengajar, saya yang harus masuk ke kelas berikutnya untuk mengajar, datang agak terlambat, hal ini karena setelah mengajar di kelas sebelumnya harus masuk ruang guru dulu untuk menukar buku mata pelajaran yang harus di bawa ke kelas berikutnya, karena sebelumnya mengajar di kelas 9, kali ini di kelas 8. Jarak kelasnya yang harus di tempuh memang agak jauh dari ruang guru. Bergegas melangkahlah kaki menuju kelas 8. Tampak pintu kelas dalam keadaan tertutup, tapi tidak rapat, saya buka pintu pelan-pelan tanpa suara, sengaja tidak saya ucapkan salam dulu, karena ingin melihat bagaimana suasana kelas saat belum ada gurunya. Tampak anak perempuannya pada asik pngobrol dengan teman sebangkunya. Tapi kelompok anak laki-laki yang duduk di deret bangku kedua tampak ramai sambil tertawa keras. Ada pemandangan yang mencurigakan, mereka sedang bergerombol berdiri mengerubungi satu anak yang sedang duduk, sampai tidak terlihat siapa yang duduk dan sedang diapakan oleh yang lain. Mereka tidak menyadari kedatangan saya yang mulai mendekat serta mencari tahu apa yang sedang terjadi. Begitu saya ucapkan salam, mereka langsung kaget dan semburat berlarian menuju bangkunya masing-masing. Betapa kagetnya setelah melihat satu anak laki-laki yang tadi dikerubungi teman-temannya, dengan postur tubuh yang agak kecil dibanding yang lain, dalam keadaan kerepotan menarik-narik retsleting celananya. Dengan rasa was-was dan perasaan tidak karuan, saya dekati dan saya pegang pundak anak didikku ini, sambil bertanya pelan-pelan. “Diapakan sama teman-temannya?” Dia menunduk sambil menggelengkan kepalanya. Saya pandangi anak-anak yang bergerombol tadi, satu persatu ditempat duduknya masing-maaing dengan tatapan curiga, mereka menunduk, diam, tidak ada yang bersuara, meskipun saya tanya apa yang sedang terjadi. Dalam hati saya berfikir, Ini pasti terjadi pembullyan atau pelecehan. Kurangkul murid yang dibully tadi, saya amankan ke ruang Bimbingan Konseling (BK) untuk diinterogasi oleh guru BK. Saya ceritakan sebatas apa yang telah terlihat tadi, selanjutnya tugas guru BK untuk mencari tahu dan mengatasinya.
Saya kembali masuk ke kelas, agar di kelas tetap aman dan kegiatan belajar mengajar bisa berlangsung dengan tertib, meskipun saya perhatikan tampak anak-anak yang gaduh tadi tidak tenang dan sesekali saling berbisik. Beberapa lama kemudian, pintu diketuk dan terdengar salam. Rupanya bapak wali kelas 8 tersebut, masuk dan memanggil beberapa anak laki-laki yang tadi melakukan pembullyan pada temannya untuk di ajak ke ruang BK. Kegiatan belajar mengajar di kelaspun tetap berlangsung sampai bel istirahat berbunyi.
Rasa penasaran atas apa yang telah terjadi tadi, seusai mengajar saya langsung langkahkan kaki untuk mampir ke ruang BK. Tampak anak-anak yang melakukan pembullyan tadi sedang duduk berjajar rapi dan masing-masing sedang membuka Alquran dan mengaji. Sedang yang dibully sudah kembali ke kelas dengan wajah yang tanpa beban. Kutanyakan pada guru BK apa yang telah terjadi tadi. Dengan pelan dan hati-hati guru BK menjelaskan, bahwa kejadian tadi adalah sebuah candaan atau gurauan saja. Awalnya murid yang saya kira dibully tadi ditanya sama teman-temannya seperti pertanyaan yang ada di alam kubur yang biasa ditanyakan oleh malaikat. “Siapa Tuhanmu, Apa agamamu?” Tapi dia menjawab “Agamaku Kristen.” Maka pertanyaan berikut semakin ngacau, “Kalau begitu kamu belum disunat, ayo kita sunat…” Nah, disinilah hingga terjadi insiden pembukaan celana dengan paksa oleh beberapa temannya, sambil tertawa-tawa hingga terdengar dan terlihat gaduh. Oh, ini rupanya suasana yang mendebarkan hati tadi. Untunglah segera diketahui dan ditangani dengan sigap. Kejadian yang awalnya bergurau bisa jadi petaka pembullyan dan pelecehan kalau sampai tidak segera diketahui oleh guru. Akhirnya saya sangat bersyukur tidak terjadi apa-apa, dan anak-anak setelah mendapat nasehat dari guru BK, anak-anak yang bergurau kelewatan tadi disuruh minta maaf dan hukumannya membaca Alquran. Semoga kejadian ini membawa manfaat bagi anak-anak dan menjadikan mereka anak yang sholeh dan saling mengasihi dengan sesama. Aamiin