Kamu Mengajarkanku Banyak Hal

Oleh : Ririn Sulistyowati

Bismillah…

Berbicara tentang jasa guru dalam pencapaianku, dimana aku adalah seorang dengan kebutuhan khusus, memiliki kelainan di kaki kananku yang membuat gerakku terbatas dan saat ini  aku bisa menjadi seorang guru, memiliki kesempatan untuk mengajar, berbagi ilmu dan motivasi kepada anak didik di MTsN 2 Jember tentu jasa guru sangat besar. Guru-guruku saat  TK, SD, SMP, SMA dan para dosen ditempatku menuntut ilmu memiliki peran yang luar biasa.  Tidak terhingga kuucapkan terimakasih pada mereka, tidak terukur dan terbayar atas apa yang mereka berikan kepadaku hingga aku bisa seperti saat ini. InsyaAllah apa yang mereka berikan berkah karena aku merasakan betul manfaat dari  yang mereka berikan kepadaku dulu untuk kehidupanku saat ini.

Menjalani aktivitasku saat ini, sayang rasanya kalau tidak bisa mengambil hikmah atas hal-hal yang aku temui. Dan karena aku seorang guru Guru Bimbingan Konseling maka aku berkesempatan sering menemui keunikan dari latar belakang, karakter dan informasi dari siswa. Seperti yang akan aku ceritakan di kesempatan ini, seorang siswa yang biasa dipanggil Zufar (bukan nama sebenarnya). Seorang anak berperawakan mungil, belum bisa mengucapkan “r”, masih sangat anak-anak sekali. Aku berkesempatan mengenalnya lebih dekat ketika tanpa sengaja melihat dia di UKS, tidur dan badannya terasa hangat ketika kusentuh. Penasaran kuajak dia ke ruang BK untuk ngobrol  bersama kami tim BK dan tidak dilihat banyak orang. Kutanya apakah dia sudah makan, ternyata dia belum makan sejak pagi. Dia bercerita bahwa ibunya sedang sakit, dan tadi malam dia tidak tidur karena menjaga ibunya. Segera kubuatkan energen hangat supaya perutnya terisi sambil kusampaikan nanti akan dibelikan makan siang, selepas sholat jumat. Dia kembali bercerita bahwa ibunya sakit yang dia sendiri tidak tahu penyakitnya, yang dia tahu ibunya sering berteriak keras, marah-marah, sulit tidur dan kadangkala keluar rumah dengan pakaian seadanya. Sebagai seorang ibu hatiku tersentuh, kulihat dua temanku meneteskan airmata. Kulanjutkan obrolanku, kutanyakan padanya bagaimana kegiatannya sehari-hari, karena lumrahnya anak seusianya pasti masih sangat membutuhkan bantuan orang tua untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya. Zufar menjawab, kadangkala dia memasak telur atau mie instan sendiri ketika lauk pauk dan sayur belum tersedia di rumah. Kakaknya ada 3 orang dan kesemuanya sudah berumahtangga sehingga tinggal bersama keluarga masing-masing. Zufar anak bontot atau anak terakhir, dengan jarak lahir yang cukup jauh sehingga ayah dan ibunya saat ini di usia lepas tugas/pensiun. Cukup sepuh untuk anak seusia Zufar. Lagi… airmatanya terus mengalir sehingga dia sedikit kesulitan berbicara, hidungnya buntu karena menangis, aku peluk dia sambil kubantu membersihkan air mata dan ingus dari hidungnya. Aku dan teman-teman BK bersepakat menghentikan obrolan untuk menjaga suasana hatinya.

            Satu minggu berlalu setelah hari itu, aku sering mengajak Zufar mengobrol jika ada kesempatan. Kucari topik yang ringan-ringan saja, misalnya tentang bagaimana dia di kelas, apakah sudah merasa lebih nyaman dibanding sebelumnya karena dia bercerita teman-teman sering mengoloknya yang membuat dia sering menangis. Ketika ngobrol denganku dia menjawab dengan aura yang lebih baik, antusias, dan kulihat wajahnya lebih segar, dan dia menyampaikan teman-teman sudah tidak mengganggunya. Bahkan, tanpa kutanya ceritanya mengalir. Kurasakan bahagia dihatiku melihat itu. Kuusap bahunya, kusampaikan “kamu anak hebat”.

            Sampai pada minggu pagi, ada kabar duka di grup WA madrasah dari wali kelas Zufar. Isinya ibunda Zufar wafat setelah dua malam dirawat di rumah sakit. Ah…langsung terbayang wajahmu nak…bagaimana kamu menghadapi situasi ini. Pasti berat buatmu karena kamu begitu dekat dengan ibumu. Aku berkirim pesan kepada bu Ani wali kelasnya, kutanyakan bagaimana keadaannya. Jawabannya di luar dugaanku, ternyata Zufar sendiri yang mengirim pesan menyampaikan kabar duka, dia mohonkan doa kepada bapak ibu guru supaya hatinya dikuatkan.

            Kamu anak yang kuat Zufar, bukan kamu yang butuh kekuatan tapi kamu yang menguatkan kami. Kamu mengajarkan banyak hal kepada kami, kepadaku khususnya. Cinta kepada orang tua harus dibuktikan bukan hanya diucapkan. Cinta kepada orang tua tidak bisa ditunda karena acapkali waktu tidak mau menunggu. Dan cinta kepada anak harus sering diungkapkan karena kita tidak tahu batas waktu bersama mereka. Airmataku mengambang di pelupuk, wajah ayah dan ibu hadir. Segera ku ambil ponselku, kulakukan panggilan video untuk dapat melihat wajah mereka. Kupeluk anak-anakku, kusampaikan mama sayang sama kalian. Zufar…kamu mengajarkanku banyak hal, bagaimana kita sebagai anak ke orang tua tidak perlu menunggu kita tua, bisa dimulai kapanpun karena waktu tidak menunggu. Begitu juga orang tua kepada anak, tidak perlu menunda ataupun gengsi memeluk anak kita setiap hari. Semoga harimu selalu dikuatkan Allah, langkahmu berada di jalan Allah karena banyak yang mendoakanmu. Jadi anak sholeh nak, kirim doa selalu untuk almarhum ibu. Aku belajar banyak darimu…

Leave a Reply