Oleh : Ririn Sulistyowati.
Pagi ini selepas apel rutin hari Senin, seperti biasa ada pengumuman tambahan tentang siswa-siswi yang berprestasi. Prestasi pagi ini adalah tentang juara menulis dalam lomba menulis yang diadakan oleh Media Guru. Total pemenang dari siswa adalah 49 orang, dan pemenang guru berjumlah 11 orang,Wow……jumlah yang luar biasa. Ternyata namaku ada di dalamnya, bersyukur dan jujur tidak disangka. Untukku yang bisa dihitung jari mendapat piagam penghargaan tentu hal ini membuat hatiku senang, sedikit berbangga dan menjadikan ini sebagai motivasi untuk anak-anak di rumah dan siswaku di madrasah.
Menulis, memang mudah diucapkan tapi bisa jadi susah dilakukan. Terkadang karena merasa mudah, ditunda, nanti dan nanti tiba-tiba sudah dekat batas waktu pengumpulan dan ide sudah sulit ditemukan (pengalaman pribadi, he..he..). Dan untukku yang butuh kesunyian saat konsentrasi, butuh waktu ekstra untuk dapat inspirasi nulis kudu dipekso (menulis harus dipaksa).
Kegiatan literasi di madrasah memang terasa kuat gelombangnya saat ini. Tiap hari ketika berpapasan dengan teman guru seringkali yang dibahas adalah sudah sampai mana tulisan dihasilkan. Belum lagi siswa, bukan hanya tulisan tapi mereka juga jago membuat cover buku yang sedang mereka kembangkan. Terasa perih dihati, gatal di telinga, hatiku nagih karyaku kapan selesai. Terasa galau kalau melihat teman-teman sudah share hasil upload tulisan di grup WA menulis.
Seperti bulan ini, ada dua lomba menulis yang diadakan Media Guru dengan tema yang berbeda. Sedari awal sudah memaksa hati, harus, aku harus ikut. Dua hari libur bergandengan, momen langka yang jarang terjadi sudah kuniatkan, akan kulibas semua, ngebut sampai benjut kalau perlu. Sabtu hari libur kesatu, para krucil meminta haknya, Ma…ayo ke pantai main pasir, nah godaan nih dan tidak bisa ditolak, mereka sedang menuntut haknya. Hari libur pertama gagal. Malam minggu niat sudah bulat, selepas mengantar anak-anak tidur langsung buka laptop, pasang head set dan mulai merangkai kalimat. Terdengar dari dalam kamar, suara tangisan…oalah nak, kamu pingin ditemani mama, yuk mama siap menemani tidurmu.
Pada akhirnya di hari Senin, disela-sela melakukan jadwal bimbingan siswa kupaksa diri untuk kembali melanjutkan impian. Yah…impian konsisten, konsisten untuk tetap melakukan. Karena, ini duniaku, aku merasa punya bagian disini, sayang jika tidak diiisi, sayang jika memory, ide, imajinasi harus hilang karena tidak segera dituangkan dalam tulisan. Dan hari ini aku menang, melawan kelemahanku, melawan kata tidak sempat, menang dari kemalasan yang selalu jadi alasan. Dua tulisan berhasil aku selesaikan. Pernah kubaca sebuah buku karangan Misbahul Huda, judulnya Nothing Is Imposible, tidak ada yang tidak mungkin. Aku membuktikan benar bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Sekarang saatnya menantang diri kembali, menulis karya dari outline yang sudah aku buat saat diklat Sasisagu waktu itu. Bismillah…